Our website is coming soon! We’ve got a new look, full of features and customize solution to meet all of your fabrics manufactures needs. Meanwhile feel free to interacts with our social networks and contract below, Don’t Miss it!

Sejarah Kain Pelapis untuk Perabotan

Share

Apabila Anda lihat perabotan di sekitar Anda, seperti sofa atau kursi, maka Anda akan menemukan bahwa hampir semua jenis perabotan tersebut dilapisi oleh kain, baik yang terbuat dari bahan alami maupun sintetis. Kain pelapis pada benda-benda tersebut memiliki beragam fungsi mulai dari perlindungan dari kotoran, penambah kenyamanan, atau murni mengedepankan estetika. Namun, pernahkah terpikirkan oleh Anda tentang bagaimana awal mula kain digunakan sebagai pelapis dari perabotan tersebut?

Semua hal memiliki awal mula, termasuk penggunaan kain sebagai pelapis perabotan. Apabila ditelisik lebih jauh, rupanya hal ini telah dimulai sejak masa peradaban kuno, lho! Berikut ini penjabaran singkat tentang sejarah kain pelapis untuk perabotan seperti sofa dan kursi di rumah Anda.

Era Medieval

kain pelapis

Pada abad pertengahan, atau sekitar abad 5-14 M, sempat dijuluki sebagai masa kegelapan karena begitu sedikitnya perkembangan peradaban yang lahir di masa itu. Keruntuhan Romawi menyebabkan perang terjadi di berbagai penjuru, sementara kontrol penuh oleh gereja juga menghasilkan masyarakat yang takut untuk berinovasi. Nantinya, setelah era ini berakhir, masyarakat mulai berani mengekspresikan diri, termasuk menghias bagian dalam rumah mereka.

Pada masa tersebut, kursi yang biasa digunakan hanyalah kursi kayu biasa tanpa tambahan apapun. Baru pada masa renaissance atau kebangkitan, kenyamanan dan estetika menjadi faktor penting terkait situasi di dalam rumah. Di Italia, penggunaannya dilapisi oleh sutra, di mana hal ini nantinya tersebar hingga ke Inggris. Namun, penggunaannya baru terbatas pada orang kaya dan berkuasa saja, mengingat harga yang begitu mahal mengingat kuantitas produksi yang terbatas pada masa itu.

Era Elizabeth

Pada era kekuasaan Ratu Elizabeth I di Inggris (1558-1603), kebanyakan kursi terbuat dari kayu solid yang kaku. Masyarakat mulai menambahkan rerumputan, jerami, atau bulu hewan untuk kursi mereka agar tubuh mereka lebih nyaman saat mendudukinya. Lalu, di akhir masa kekuasaan Ratu Elizabeth I, penggunaan kain secara besar-besaran mulai digunakan, utamanya di istana. Kasur yang ditutupi oleh kain menjuntai dari atasnya, jendela tinggi dengan gorden besar, dan termasuk juga penggunaan kain pelapis untuk kursi.

Pada masa ini, beberapa bahan yang biasa digunakan di kursi adalah kulit hewan, kain sulaman, atau beludru. Sementara itu, isi dari bantalan kursi tersebut bisa terdiri dari serbuk kayu, bulu hewan, atau rumput. Di masa ini, sofa sendiri belum lahir. Biasanya, masyarakat menggunakan bangku panjang yang dapat dipindahkan dan disandarkan pada dinding.

Ketika Raja James VI berkuasa (1603-1625), muncul Baroque style dan kain pada kursi mendapat jahitan di bagian pinggir kursi dengan cara menjahit bantalan pada frame kayu. Hal ini menandakan desain artistik pertama terkait pelapis furnitur pada masa tersebut. Penggunaan beludru juga menjadi sangat populer pada masa itu mengingat bahannya yang lembut, nyaman, dan kesan elegan yang ditampilkannya..

Ketika Raja Charles I naik tahta memimpin Inggris (1625-1649), Baroque style mulai merambah ke seluruh penjuru Eropa seperti Spanyol, Inggris, dan Italia. Kepopuleran Baroque style ini terus meluas hingga abad 18. Kepopuleran ini juga didukung oleh adanya perdagangan di Eropa dengan negara-negara Asia, menyebabkan stok bahan kain untuk pelapis menjadi lebih banyak dan harganya menjadi terjangkau bagi masyarakat biasa.

Era Seni Dekoratif

Era kekuasaan Charles II (1660-1685) menandai bangkitnya seni dekoratif di Inggris. Di era ini pula, masyarakat Inggris yang sudah mulai mengenal kain pelapis untuk kursi, menemukan kursi yang dilapisi seutuhnya dengan kain. Pada tahun 1705, sleeping chair atau kursi tidur mulai diperkenalkan di mana pengguna dapat merebahkan kepala mereka pada bagian belakang kursi.

Nantinya, Revolusi Industri melahirkan berbagai pabrik kain di Inggris, membuat bisnis kain pelapis untuk kursi menjadi semakin terkenal. Berbagai bahan mulai dari sutra, rajutan, beludru, dan jenis kain lainnya menjadi semakin populer digunakan karena ia kini dapat digunakan oleh seluruh kalangan. Bantalan yang digunakan umumnya ialah rambut kuda yang dipadukan dengan kain linen. Perkembangan desain dan seni interior dapat dikatakan sangat pesat apabila dibandingkan dengan era-era sebelumnya.

Masa Keemasan Desain

Ketika kain pelapis telah jamak digunakan di berbagai furnitur di masa itu, maka kenyamanan dan desain mulai mendapat perhatian lebih, memunculkan para desainer interior yang merancang estetika dan fungsionalitas kursi sesuai dengan ruangan. Hal ini memunculkan bentuk kursi yang beragam, warna-warna yang semakin cerah menyesuaikan pada color palette ruangan, dan fungsionalitas yang semakin baik.

Era Victoria

Pada abad 19 atau era kepemimpin Ratu Victoria di Inggris, terdapat dua inovasi besar di dunia pelapisan kain. Pertama, adalah kelahiran mesain uap yang menyediakan tenaga murah lewat keberadaan mesin-mesin uap, membuat kain dapat diproduksi massal. Kemudian, munculnya pegas koil baja yang merevolusi bantalan kursi menjadi seperti sekarang.

Rococco style yang berani menjadi sangat populer, mulai dari kain pelapis dengan berbagai warna permata dan dibuat dari beludru, dipadukan dengan bingkai emas hingga sutra mengkilap yang menampilkan rumbai kancing. Eksperimen gaya tumbuh subur pada masa ini, menjadi pembuka bagi banyak desain kursi di masa depan.

Abad ke-20

Memasuki era modern, banyak bahan kain baru yang tercipta seperti nilon yang menjadi pengganti sutra atau populernya PVC sebagai kulit imitasi. Sementara itu, desain kursi semakin berkembang bersama dengan warna-warna baru yang mulai ditemukan. Fungsionalitas juga mulai diutamakan, terutama mendekati abad ke-21. Berbagai teknologi telah diterapkan seperti water repellent, anti-jamur, dan berbagai teknologi lainnya. Inovasi ini tidak akan berhenti dan masih dapat sangat berkembang di masa mendatang.

Referensi

https://www.feathr.com/blog/a-brief-history-of-upholstery-and-furnishing-fabric

en_USEN